Pagi itu, hari pertama aku melakukan kewajiban yang kurang lebih 4 bulan harus aku laksanakan. Tiba kami di sekolah, setelah turun dari mobil, murid-murid menyambut kami dengan wajah penuh kegembiraan. Kondisi sekolah saat itu masih dalam perbaikan, cuma kelas 1–3 yang ada, sementara kelas 4–6 masuk siang. Kelas pertama aku tuju adalah kelas 1, aku bersama temanku memperkenalkan diri satu per satu dan temanku menyampaikan tujuan kedatangan kami di sekolah mereka.
“Seharusnya aku yang menyampaikan, toh aku kan ketuanya. Dasar ketua gak guna”, ucapku dalam hati
tapi ini bukan lagi tentang siapa ketua atau bukan. Setelah kami memperkenalkan diri, dilanjutkan dengan memberi pelajaran. Namun, aku kebagian untuk mengambil dokumentasi pada saat itu, aku tak tahu sudah berapa banyak jepretan kuambil. Tiba-tiba, saat aku menatap keluar jendela ada seorang murid datang dari arah selatan dengan langkah yang cepat. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 8:17, entah mengapa dia datang begitu terlambat.
“mungkin dia tidurnya terlalu larut”
“mungkin dia mengerjakan pr semalam”
“mungkin dia tidak terbiasa bangun pagi”
“apa mungkin dia menonton kartun favorit sebelum berangkat sekolah?”
pikiranku menebak-nebak.
Aku hanya bisa menebak alasan mengapa dia terlambat masuk kelas dan aku juga tidak mengenali siapa dia. Mungkin dia murid kelas 2 atau kelas 3. Aku baru pertama kali masuk di sekolah ini, belum kenal banyak murid di sini.
Setelah mengambil beberapa dokumentasi, aku mendekati meja-meja di kelas satu per satu, hingga akhirnya langkah ku terhenti di pojok kiri kelas. Di sana, Aku melihat murid seperti baru belajar menulis huruf dibukunya, berbeda dengan teman sekelasnya. Aku duduk disebelahnya, sebut saja dia “bocah ingusan”. Aku berniat bertanya mengapa dia masih belajar menulis huruf, tapi tiba-tiba murid dibangku depan berbalik ke arahku dan memberi tahu bahwa dia sebenarnya bukan murid kelas 1. Dia seharusnya masih tk hanya saja dia sudah diikutkan di kelas 1. Aku menuliskan beberapa huruf dibukunya untuk dia ikuti.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 lewat, sudah waktunya istirahat, aku menuju depan kantor untuk istirahat sambil bercerita dengan murid kelas 4–6 yang mulai berdatangan, padahal jam masuknya masih lama. Di tengah-tengah percakapan bocah ingusan itu datang menghampiriku, tiba-tiba salah satu murid spontan menyebut namanya, dan dari situlah aku baru mengetahui namanya.